EN-MANSIPASI
Suatu hari, di suatu kota
metropolitan, dimana masyarakatnya sudah maju dan di kota itu penjunjung
tinggian ‘Emansipasi’ sangatlah tinggi, ada suatu kejadian yang membuat
perasaan ‘Emansipasi’ terasa tidak diperlukan, dimana ada seorang wanita yang
merasa bahwa dia pun memiliki suatu tanggung jawab tertentu... ya.. menjadi
seorang yang harus bisa memahami seluk
beluk rumah tangganya, sehingga dia merasa tak perlu menjadi seorang wanita
karir. Ulfi namanya. Dia bersikap seperti itu karena takut apabila ia tak bisa
menjadi seorang komandan rumah tangga untuk suami dan anak-anaknya.
MUJIB
“Assalamualaikum!”
PEGAWAI
“Waalaikumsalam!”
MUJIB
“Waah.. ini udah pada dateng aja ya.
Padahal sekarang jam 9, loh.. Saya aja baru datang”
EVI
“Ya kan masuknya jam setengah 8 Pak..
Bapak wajar bisa dateng telat”
MUJIB
“Oh jelaas dong! BOS! Wahaha!”
QORRY
“(sambil berbisik) Nih Bos songong amat yak!”
MUJIB
“Eeh.. Qorry, gimana sama perkembangan
kantor cabang kita di Kota Surabaya?”
QORRY
“Waah Pak.. Perkembangannya bagus banget pak! Kemaren aja
udah bikin Cabang lagi!”
MUJIB
“Waah? Kantor cabang buat cabang lagi? Supeer ! Okeh..
kalian kerjanya yang giat ya! Saya mau pergi dulu..”
PEGAWAI
“Ok keh pak!”
(TELEPON BERBUNYI)
ANDES
“(menelpon) Halo ma? APA? Pembantu Kabur? Bawa uang?! 500
Juta? Itu uang siapa? Kan di rumah Cuma ada 5 juta?! Apaa?!
Difotocopy?!......ADUH! Jangan pake Pembantu deh! Udah mama di rumah aja!
Berhenti kerjanya! Papa aja yang nyari uang! APA?! Mau tetep kerja?! APA?
Emansipasi?! ADUH MAMA SAYANGE! ”
ULFI
“Andes.. Kenapa sih marah marah gitu?”
ANDES
“Ini.. di rumah Pembantu bikin ulah lagi, udah dibilangin
ngga usah pake pembantu, dia jadi IRT aja, tapi gak mau.. “
ULFI
“ Alesannya apa?”
ANDES
“EMANSIPASI! Katanya wanita boleh kerja
sesukses-suksesnya.. tapi kalo ga ngasih rasa nyaman di rumah kan rumah jadi ga
enak.. Istri itu yang mempengaruhi suasana dalam rumah, tapi sekarang malah
gini..”
ULFI
“Iya yah.. tapi aku ada disini kerja
sekarang?”
ANDES
“Mungkin kamu udah nyaman dan bisa bagi
waktu buat kerjaan dan rumah.. Nah istri aku nggak bisa!”
ULFI
“Emang kalo wanita berkarir
setinggi-tingginya itu ga boleh ya?”
ANDES
“Boleh aja sih.. tapi seengganya
perhatiin Rumah tangganya juga.. jangan fokus ke kerjaan aja..”
ULFI
“Tapi kan kita kerja buat mencukupi
Kebutuhan rumah tangga sehari-hari?”
ANDES
“Iya.. tapi kebutuhan kasih sayang Rumah
tangga tercukupi nggak? Itu yang penting loh..”
ULFI
“Emm.. Gitu ya..”
Lalu datang OB, menuju kantor pegawai dan membereskan
ruangannya.
QORRY
“Eh..! mas OB! Saya mau dibawain kopi ntar habis istirahat
yah?!”
EVI
“Saya juga, minta dibawain Mie yah!”
ANDES
“Saya juga yah.. Jus Stroberi ekstra susu..”
FURQON
“Baik.. baik,,”
QORRY
“Eh aku juga mau dong iga penyetnya..”
FURQON
“Emm.. Sip!”
QORRY
“Pake Mie yah?!”
FURQON
“Diatur diatuur..
Mbak, nggak mau mesen apa apa?”
ULFI
“Engga deh mas, hehe..”
FURQON
“Oke deh mbak..”
Kemudian
setelah percakapan itu selesai, disaat waktu makan siang di kantin, Ulfi
merenungkan apa yang dikatakan Andes bahwa seorang wanita menjadi penopang
rumah tangga saat sudah berkeluarga, yang berpengaruh di rumah untuk anak anak
dan pasangannya.
ULFI
“(Dalam hati) Aduh, bener juga ya apa
yang dikatakan Andes, kita harus punya waktu buat rumah, jangan Cuma mikirin
kerja aja.. apa aku harus berhenti aja dari kantor? Aku ngga mau ngga bisa jadi
penopang kehidupan untuk anak anak dan suamiku, lagipula.. suamiku pun bekerja
kok..”
Kemudian datang Furqon, si OB
yang tadi yang merupakan suami dari Ulfi yang sama bekerja di kantor tersebut,
namun beda kasta.. kastanya itu bak langit dan bumi, cukup jauh jaraknya.
Furqon, hanyalah seorang Office Boy sekaligus memegang jabatan Cleaning service
juga Delivery service, dan Costumer service, Not unidentification service,
macam macam lah.. yang intinya dia adalah seorang yang dalam kantornya ada
piring, gelas, tempat kopi, dispenser, wastafel, kulkas, dengan kata lain
pantry. Furqon datang menghampiri Ulfi.
FURQON
“Hey..! sudah makan?”
ULFI
“Heey.. sudah kok..”
FURQON
“Syukur deh, hehe..”
ULFI
“iya, hehehe..”
FURQON
“Kamu kenapa? Kok kayak yang murung gitu?”
ULFI
“Ngga.. ngga apa apa kok”
FURQON
“ Ada masalah sama kerjaan kantor, fi?”
ULFI
“Emm.. nggak kok..”
FURQON
“Nah, terus kenapa?”
ULFI
“Aku, kayanya mau berhenti kerja deh.”
FURQON
“Lah? Kok gitu?”
ULFI
“Emm.. aku mau jaga anak anak aja ah di
rumah.”
FURQON
“Laah, kan sekarang zamannya emansipasi fi?
Wanita boleh kerja setinggi-tinnginya kok!”
ULFI
“Tapi kalo rumah kita ngga bahagia
gimana? Anak anak butuh perhatian dari Orangtuanya loh, tertama ibu..”
FURQON
“Tapi.. kan.. Aku Cuma OB disini, gajinya
ngga mencukupi buat kebutuhan kita sehari-hari..?”
ULFI
“Aku juga Cuma karyawan! Yang ngga bisa
mencukupi kebutuhan kasih sayang keluarga.”
FURQON
“Emm.. iya sih anak anak kita terasa
lebih sayang sama sekolah daripada rumah sendiri”
ULFI
“Tuh! Itu salah aku ga perhatian sama
mereka!”
FURQON
“Kamu perhatian kok..”
ULFI
“Nggak furqon..”
FURQON
“Emm, aku sih ngasih penawaran aja
pikir-pikir dulu sebelum ambil keputusan.”
ULFI
“Aku hampir yakin buat jadi IRT aja”
FURQON
“Yaudah aku ngga maksa kamu, kok.. kamu
bebas memilih jalan mana yang akan kamu pilih..”
Kemudian saat Furqon dan Ulfi sedang mengobrol, Qorry
melihat dan menghampiri mereka.
QORRY
“Eh mas, kok disini sih? Pantes saya cari
ke pantry ga ada?!”
FURQON
“Oh iya mbak maaf ini saya tadi ngasih
pesenan mbak Ulfi dulu”
QORRY
“Ah..? Kok ngobrolnya lama banget sih?”
ULFI
“Emang kenapa Qorry?”
QORRY
“Ngga apa apa sih, aneh aja.. jangan
jangan kalian pacaran yah?!”
FURQON
“Eng.. Nggak kok Mbak!”
QORRY
“Eh Ulfi Kamu kan udah punya suami,
kasian tahu kalo kamu ketahuan selingkuh sama OB..!”
ULFI
“I.. ini bukan selingkuhan saya! Ini
Suami saya!”
QORRY
“HAH? OB ini suami kamu?!”
ULFI
“iya.. Emang kenapa?!”
QORRY
“Kan di kantor ini ga boleh ada pasangan
suami istri bekerja barengan!”
FURQON
“kita nggak barengan Mbak! Dia ngetik
saya ngepel kok..”
QORRY
“Tapi kan sama aja!”
ULFI
“Tapi Nggak apa apa kok, ini momen yang
pas untuk aku berhenti jadi pegawai..”
QORRY
“Kenapa? Kan udah zaman Emansipasi kali!”
ULFI
“EN-MANSIPASI! Ga ada emansipasi yang
bener sekarang itu”
QORRY
“Kok ngomongnya gituuu?”
Kemudian datang Andes dan Evi...
EVI
“Kenapa sih nih Ribut ribut?”
ANDES
“Iya! Rame banget! Dikira ada yang
meledak!”
EVI
“Apa yang meledak?”
ANDES
“DAAAR!”
EVI
“Ih, Gaje!”
ANDES
“Oh iya.. ini ada apa ya rame-rame gini?”
EVI
“Ada yang meledak!”
ANDES
“Apa yang meledak?”
EVI
“DAAAR!”
ANDES
“..............”
EVI
“Oh iya, ada apa Qorry, Ulfi?”
QORRY
“Ini, Rupanya si OB itu suaminya Ulfi!”
EVI
“Waah.. aku nggak nyangka, Ulfi suami
kamu itu Cuma OB?”
FURQON
“Ya.. Ngga apa apa kok mbak.. hehe”
ULFI
“Kok kamu ngga marah disebut gitu?!”
FURQON
“Ya.. nggak apa apa.. hehe kan itu
kebenaran.. kalo aku disebut direktur yang kaya pak Mujib tuh, saya
tersinggung,, kan direktur mah kerjaannya telponan doang, kerja ngga dapet duit
iya, hehe ada kerjaannya Cuma ngitung laba sama tanda tangan berbagai pengajuan
doang.. hehe”
Kemudian muncul pak Mujib dari belakang
MUJIB
“EHEM! Ada yang nyebut nama saya..!”
FURQON
“(Kaget) AH! Itu kaya suara pak Mujib..”
MUJIB
“Ini memang saya!”
FURQON
“A.. aduh maaf pak saya Cuma bercanda!
Hehe..”
MUJIB
“Saya sudah denger semua masalah kamu
sama kamu(Menunjuk Furqon dan Ulfi) “
FURQON
“a.. ada apa pak?”
MUJIB
“Udaah.. ayo ikut saja..”
EVI
“Itu mereka mau diapain ya?”
ANDES
“Iya.. sepertinya mau diceramahin..”
Kemudian Ulfi dan Furqon masuk ke kantor Direktur untuk menyelesaikan
masalah ini.
MUJIB
“KALIAN BERDUA.. Kamu tahu? Di kantor ini
ngga boleh bekerja suami istri berbarengan? Ini itu adat yang sudah ada berabad
abad!”
FURQON
“Tahu sih pak..”
ULFI
“Tapi setelah saya tahu itu, makin
membulatkan keinginan saya untuk berhenti dari sini, danm mengurusi rumah..”
MUJIB
“Memang ada apa?
FURQON
“Gini pak.. dia mau berhenti dari pegawai
sini, padahal kondisi ekonomi rumah saya masih bergantung beresama gitu”
MUJIB
“Terus? Itu yang bikin rusuh tadi? Saya mah ngga mikirin sih mau berhenti atau nggak saya silahkan aja.”
ULFI
“Saya sebenernya ngga mau berhenti pak,
tapi saya merasa saya perlu memberi kasih sayang sama anak anak saya di rumah,
dan ingin habiskan waktu bersama anak anak saya. IRT lebih baik”
MUJIB
“Kamu ga mengindahkan emansipasi?”
ULFI
“mengindahkan sih, tapi saya kurang
setuju.. ada momen saat emansipasi harus ada, ada juga momen saat tidak perlu
diterapkan emansipasi.”
MUJIB
“Nih.. walau saya ngga melarang kamu
berubah profesi untuk jadi IRT, saya ngasih saran aja.. saat ini udah ada zaman
emansipasi, dimana wanita memang banyak yang berkarir, dan saya pun paham apa
maksudmu mau berhenti dari pegawai sini dan beralih jadi IRT.. ini semua karena
rasa kodratmu sebagai seorang Wanita kan? Terutama bagi yang sudah memiliki
anak dan pasangan hidup merasa wanita merupakan makhluk yang ada di belakang
sosok lelaki yang hebat..!”
ULFI
“Jadi ini memang tugas saya bahwa saya
harus jadi yang mengurus rumah tangga?”
MUJIB
“Bisa jadi gitu, tapi seiring adanya masa
emansipasi di kota ini, hampir semua wanita bekerja di luar rumah.. “
ULFI
“JADI saya harus berhenti atau ngga?! Mau
berhenti, takut ekonomi terganggu, mau ngga berhenti, tapi anak anak saya tak
saya beri kasih sayang..”
MUJIB
“Gini aja deh.. kamu masih punya suami
kan? Suami kamu masih bisa menafkahi keluargamu kan? Iya emang masih OB.. tapi
percayalah kalo dia ikhlas jangan takut sama rejeki, rejeki selalu dateng ke
yang ikhlas kok.. Kalo tekadmu untuk menjadi IRT, jadilah IRT yang baik.. IRT
yang ber-emansipasi dimana kamu bisa menjunjung tinggi perasaan toleransi antar
masyarakat..”
FURQON
“Emm.. Kalo kamu mau jadi IRT, nggak apa
apa kok, aku akan bekerja lebih giat lagi, bener kata pak direktur.. kalo kita
kerjanya ikhlas.. rejeki nggak kemana
kok..”
ULFI
“emm.. yaudah aku pikir pikir lagi yah..”
MUJIB
“Okeh! Tapi karena kalian melanggar adat
di kantor ini, dengan terpaksa saya akan beri hukuman berupa kalian akan dianggap
alfa selama sebulan walaupun masuk tiap hari!”
FURQON
“Waah.. susah juga yah.. yaudah deh pak
gapapa..”
(Telpon Berbunyi)
MUJIB
“(menelpon) Halo mih? APA? Pembantu Kabur? Bawa uang?! 500
Juta? Itu uang siapa? Kan di rumah Cuma ada 5 juta?! Apaa?!
Difotocopy?!......ADUH! Jangan pake Pembantu deh! Udah mami di rumah aja!
Berhenti kerjanya! Papa aja yang nyari uang! APA?! Mau tetep kerja?! APA?
Emansipasi?! ADUH MAMI SAYANGE! ”
ULFI
“Kenapa pak?”
MUJIB
“Masalah di rumah.. kayaknya saya juga harus
nyuruh suami saya buat berhenti kerja deh..!”
FURQON
“Emm.. gitu.. yaudah Kami kembali kerja
yah pak!”
MUJIB
“Okeh!”
Kemudian saat Ulfi dan Furqon keluar ruangan Mujib, mereka
melihat Qorry menangis..
ULFI
“Hey.. Ini kenapa?”
EVI
“Uang di rumahnya diambil sama pembantu,
pembantunya kabur, uangnya difotocopy..”
FURQON
“Kok.. sama kaya masalah pak Mujib yah?”
ANDES
“Iya..! masalahnya sama kaya yang di
rumah saya noh!”
(MUJIB keluar ruangan)
MUJIB
“Wah.. ini kenapaa?!”
QORRY
“(Sambil menangis) Papiiiih! Rumah kita
dirampok si Inem Piiiih.. dia nodong pake AK-47..!! Uangnya raib...!”
FURQON
“Papiih? Kalian suami istri..?”
MUJIB
“(Gagu)A....a..u..o..i...e...”
FURQON
“Waah bapak juga melanggar adaat nih!
Bapa alfa sebulan juga berarti!”
ANDES
“Oh.. Gitu..! hahaha untung istri saya
ngga kerja disini..! hahahaha”
DAN.. setelah kejadian itu, Ulfi
menjadi Ibu Rumah Tangga, dan memenuhi kebutuhan kasih sayang di keluarganya,
dan kabar tebaru, Furqon si OB sekarang jadi Pegawai menggantikan posisi
istrinya di kantor. Pak Mujib dan Qorry sekarang menjadi Bapak dan Ibu Bos di
kantor itu, sedangkan Evi dan Andes masih terus berkutat bersama Furqon kini,
melaksanakan tugas di kantor demi sebutir beras dan sebongkah berlian..
Ulfi adalah salah satu
pencerminan wanita yang memang lebih memilih jadi IRT dibanding wanita karir.
Wanita Karir memang dianggap tinggi derajatnya, namun jadi IRT pun tak salah..
karena dengan menjadi IRT, seorang wanita akan benar benar dapat memenuhi
kebutuhan kasih sayangnya pada anak dan suaminya. Menjadi IRT pun adalah
pilihan. IRT bukanlah hal EN-Mansipasi yang tidak medukung emansipasi, karena
IRT adalah pilihan wanita, yang memiliki jalan hidup dan visi yang spesifik.
Pada dasarnya, wanita dan Pria
memiliki kodrat yang berbeda, namun dengan adanya toleransi emansipasi,
kesetaraan gender pun muncul dan saat kini, semua orang berhak mendapatkan
pekerjaan sesuai apa yang mereka inginkan, semua sama saat ini. Tinggal kita
yang tentukan jalan mana yang akan kita pilih.. terutama wanita.. tentukanlah
jalanmu..
Karena Wanita ingin dimengerti,
lewat tutur lembut dan laku agung..
Karena Wanita ingin dimengerti,
majakan dia.. dengan kasih sayang...
S
E L E S A I
TUGAS BAHASA INDONESIA
DRAMA BAHASA INDONESIA
“EN-MANSIPASI”
-
Evi
Lisa O.
-
M.
Furqon N.
-
M.
Andes R.
-
M.
Khairul Mujib
-
Qorry
Pertiwi
-
Ulfi
Raidani
XI
IPS 1
SMA
NEGERI 10
KOTA
BOGOR
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar